Cerpen Cinta - Kahaani | Putri Wahyuni
KakaKiky - Hari ini adalah hari yang melelahkan bagiku, saat aku benar-benar muak dengan semua hal yang terjadi hari ini. Setiap hari keseharianku hanya seperti ini. Malam ini pun mataku enggan terpejam, harusnya aku bisa tidur nyenyak karena terjadi pemadaman listrik di daerahku yang berlangsung agak lama. Namun PR ku tak pernah mau berkompromi, aku harus mengerjakannya sebelum besok. Sungguh menyebalkan aku menulis dengan remang cahaya lilin di depanku. Sengaja aku memilih teras depan rumah karena tetanggaku tampak sedang asyik ngobrol di jalan depan rumahku.
Setelah beberapa jam aku bergelut dengan
tugasku, aku merasa semua itu sudah cukup. Dan saat itu pula aku mulai
menyadari bahwa jalan sudah sepi karena hampir tengah malam. Pemadaman listrik
masih terus berlalu dan diperkirakan sampai besok pagi karena ada salah satu
tiang yang meledak sore tadi saat hujan lebat. Aku lelah, aku mencoba
merebahkan tubuhku di bangku teras rumahku sebelum aku pergi ke kamar. Namun
tanpa kusadari aku tertidur di teras rumah. Aku enggan untuk bangun, ini kan
teras rumahku siapa yang akan melarangku tidur di teras rumahku.
Perlahan sayup-sayup kudengar suara
lonceng kaki kuda, semakin lama suara itu semakin jelas terdengar hingga
membuatku terbangun. Kutatap asal suara itu, suara itu berasal dari jalan.
Nampak dari kejauhan, ada yang sedang melaju mendekat. Semakin dekat dan
semakin jelas aku melihat ada sebuah kereta kuda yang sedang melaju. Kutiup
lilin yang sedari tadi ada di sampingku agar si pengendara tak melihatku saat
melintas nanti. Dan benar ketika kereta kuda itu melintas di depan rumahku,
tampak seorang wanita cantik berada di dalamnya, nampak pula sang sopir yang
duduk di depan. Sepersekian detik yang lalu aku merasa ngeri, apa ini semua?
aku bingung… Apakah aku sedang bermimpi? kucubit salah satu lenganku dan
alhasil aku berteriak kesakitan, tanda bahwa ini semua nyata, bukan mimpi.
“Auww…” Teriakku kesakitan. Dan tanpa
kukira, suaraku terdengar hingga kereta kuda itu berhenti sejenak. Aku
benar-benar takut ketika tiba-tiba kereta kuda itu berbalik arah dan berhenti
tepat di depan rumahku. Tubuhku beku, dan tanpa aku bisa bergerak tapi mataku
masih bisa memandang lekat-lekat wanita dalam kereta kuda itu tersenyum padaku.
“Siapa namamu anak manis?” tanya wanita
itu saat aku telah sadar bahwa kini ia duduk di sampingku.
“Putri” jawabku langsung.
“Bagaimana kau bisa sampai ke sini?”
‘Apa?!!!’ Bagaimana bisa perempuan itu
bertanya bagaimana aku bisa datang ke tempat ini dan padahal ini adalah… Aku
baru sadar, ini bukan teras depan rumahku. Memang semua nampak sama, namun ada
beberapa hal yang membuatku yakin bahwa ini bukan rumahku. Bangku tempatku
duduk yang semula polos, sekarang penuh dengan ukiran ornamen-ornamen aneh yang
belum pernah kulihat sebelumnya. Aku bertambah bingung, bagaimana mungkin aku
bisa sampai di sini, dan tempat macam apa ini.
“A.. Aku tidak tau. Aku tidur di teras
depan rumahku dan aku terbangun di sini!” jawabku seadanya.
“Di mana rumahmu?”
“Di Desa Kahaani”
“Apa?” wanita itu tampak kaget mendengar
nama desaku.
“Kenapa? Ada apa?”
“Di sini juga desa Kahaani” aku semakin
bingung mendengar pernyataan wanita itu.
“Bagaimana mungkin?”
“Baiklah, aku mengerti. Tapi sebelum aku
menjelaskan semua yang aku tau kamu harus segera ikut aku”
“Kemana?”
“Sudahlah, tidak ada waktu lagi”
.
Aku pun ikut dengan wanita itu, entahlah
apa yang ada di pikiranku tapi ini semua karena aku sudah terlalu bingung dan
logikaku tak mampu mencerna kejadian ini. Kami sampai di sebuah rumah yang
cukup besar dan membuatku takjub dengan desain rumah ini. Nampak seperti rumah
biasa namun ada beberapa hal yang dapat aku simpulkan bahwa rumah ini penuh
dengan bunga-bunga beraneka jenis. Tunggu!!! Bagaiamana aku bisa melihat
bunga-bunga itu di malam hari? Tapi nyatanya di sini sedang siang hari. Padahal
belum ada setengah jam aku berada dalam kereta kuda itu dan hari telah berganti
begitu cepat.
“Silahkan masuk…” ucap wanita itu
mengajakku memasuki rumah.
“Ehh… tunggu…”
“Hmm… Oh iya, panggil aku madam Sabina.
Ada apa?”
“… Ke Kenapa di sini siang?” aku
bertanya dengan penuh rasa penasaran namun wanita itu maksudku madam Sabina, ia
hanya tersenyum.
“Harusnya kau bertanya pada dirimu
sendiri, Kenapa kau ingin hari ini berlangsung secepat itu.”
“Apa maksud madam?”
“Semua yang ada di tempat ini ada di
bawah kendalimu. Tempat ini adalah cerminan dari dunia nyatamu”
“Aku masih tidak mengerti madam. Lalu
bagaimana aku bisa kembali?”
“Entahlah, karena setiap orang punya
cara sendiri untuk keluar dari sini. Apa ini Kunjungan pertamamu?”
“Hmm…” Aku hanya mengangguk, Kunjungan? Bagaimana
madam Sabina bisa menyebut ini sebuah kunjungan. Dimana aku sebenarnya?
.
.
Madam Sabina, wanita itu cantik tak
terlalu tua untuk dipanggil ‘madam’. Ia yang telah membawaku ke rumahnya,
memperlakukanku layaknya tamu. Tak sungkan pula ia mengajakku berkeliling ke
desa Kahaani yang baru, ia mengenalkanku pada tempat-tempat yang sebenarnya tak
asing bagiku.
Entah berapa lama aku meninggalkan Desa
Kahaaniku, Aku rasa telah seminggu dan aku merasa semakin berbaur dengan tempat
asing ini, aku juga mengenal beberapa orang di tempat ini. Madam Sabina juga
telah banyak bercerita tentang tempat ini, hingga aku sudah mulai terbiasa
dengan keanehan-keanehan di tempat ini. Mengapa aku menyebutnya aneh, itu
karena kadang apa yang sedang ada di pikiranku berubah menjadi nyata tanpa aku
sadari dan aku tak bisa mengendalikannya.
Pagi ini aku berniat untuk jalan-jalan
ke pasar bersama Madam Sabina, namun ternyata sejak aku bangun tidur aku belum
bertemu dengan madam Sabina. Apa mungkin ia telah lebih dulu pergi ke suatu
tempat? Aku memutuskan untuk berjalan sendiri. Aku menyusuri jalan-jalan yang
dulu biasa aku lewati di Kahaaniku, tak jauh beda namun kadang terasa
menyesatkan juga karena memang ini bukan Kahaaniku. Aku berjalan menuju arah
rumahku, tentunya tempat saat pertama kali aku sampa ke sini. Namun tak
kusangka jika jalan itu berubah. Tak ada jalan menuju ke sana, tiba-tiba aku
ada di tengah hutan. Aku berada di atas sebuah tebing yang tinggi, dengan
beberapa gunung yang tinggi menjulang di hadapanku. Nampaknya tempat ini bukan
tempat yang tak terjamah manusia karena di bagian pinggir tebing itu telah
dibangun pagar besi yang kuat.
Sekejap Mataku mengarah kepada sosok di
ujung tebing. Ia tengah bersandar pada pagar-pagar besi itu. Rupanya ia tak menyadari
kedatanganku karena ia tengah asyik memandang pemandangan di depannya. Aku
mencoba menjauh, aku berbalik badan dan hendak pergi. Namun ada sebuah suara
yang menghentikanku, yang tak lain adalah suara seseorang yang ada di tepi
tebing itu.
“Tunggu…” aku enggan untuk membalikkan
badanku saat suara itu jelas terdengar di telingaku. Namun tak berapa lama
kemudian sentuhan tangannya di pundakku membuatku berbalik menghadap padanya.
“Tunggu, Kenapa kamu ingin pergi padahal
kamu baru sampai di sini!”
“Kamu siapa?”
“Aku Vishal”
“Vishal?”
“Iya, itu namaku. Aku telah lama
menunggumu, Aku telah lama menunggu saat ini. Dan akhirnya…” aku tak tau apa
maksud ucapan laki-laki ini, tapi mengapa ia memelukku seakan ia benar telah
menungguku lama.
“Tunggu, apa maksudmu?” aku merasa takut
padanya, meskipun wajahnya tak sedikitpun menyiratkan niat jahat. Wajahnya
biasa dan matanya menunjukan keteduhan, senyumnya manis. Aku seperti pernah
mengenalnya, tapi siapakah dia?
“Apa kau lupa? Kita pernah bertemu di
sini sebelumnya!”
“Kapan?”
“Apa kau benar-benar telah melupakanku?”
“Aku…” kepalaku terasa sakit, aku
seperti ingin terjatuh. Namun Vishal segera memapahku dan mengajakku duduk di
bawah sebuah pohon yang cukup besar dan teduh.
“Baiklah, mungkin ini terlalu membuatmu
bingung. Tapi coba ingat aku. Lihat wajahku, tatap mataku, coba ingat aku. Aku
Vishal, Aku pernah menjadi teman dekatmu 5 tahun yang lalu. Kita pernah
bersama, tapi…” Vishal menundukan wajahnya.
“Kenapa?”
“Ini semua salahku, tak seharusnya aku
jatuh hati padamu!”
“Vishal!!!” Aku mencoba membuatnya
memandangku, hingga jelas terlihat di mataku aku mengingatnya. Vishal, nama itu
aku mengingatnya!!
Tak terasa aku menitikkan air mata. Dia
Vishal, dia Vishalku yang ku tunggu selama ini. Dia adalah alasanku untuk tidak
merasakan cinta yang lain lagi. Dulu hampir setiap waktu kuhabiskan bersamanya.
Saat aku merasa sendiri dan sepi, ia datang untuk menemaniku. Ia yang selalu
menghapus air mataku. Walau dulu aku masih terlalu polos untuk mengungkapkan apa
yang aku rasakan, namun terasa begitu jelas jika dia adalah cinta pertamaku.
Ruang dan waktu telah memisahkan kita
selama lima tahun. Dan saat ini ia ada di hadapanku dan aku telah melupakannya?
sungguh hal bodoh bagiku. Dia hidupku, dia yang membantuku untuk kembali
bangkit dalam keterpurukanku. Aku mencoba meraihnya, aku memeluknya dengan
erat, aku tak ingin melepaskannya lagi.
“Apa kau mengingatku?” Vishal bertanya
padaku seakan dia mengerti bahwa aku memeluknya, aku telah mengingat semua.
“Bagaimana aku bisa lupa! Kenapa baru
sekarang kau kembali.”
“Aku telah berusaha, aku mencoba
menembus ruang lagi. Tapi aku tak bisa menemukanmu, aku selalu gagal. Dan kali
ini aku bisa melakukannya. Apa kau terluka?”
“Tidak”
“Lalu bagaimana kau bisa sampai di sini?”
“Aku sedang tidur dan tiba-tiba aku
sampai di sini”
“Jadi aku hanya bisa mengucapkan selamat
tinggal yang belum sempat kuucapkan dulu”
“Apa maksudmu? apa kamu akan pergi
lagi?”
“Aku, aku tidak ingin pergi. Tapi kamu
harus ingat kalau kamu punya kehidupan nyata di duniamu”
“Apa maksud semua ini?”
“Aku semu, aku hanya bisa bertemu
denganmu jika kamu pergi dari ragamu. Apa kamu ingat lima tahun yang lalu saat
pertama kita bertemu? Saat itu kamu sedang koma karena kecelakaan. Selama tiga
bulan kita bersama, sampai akhirnya aku sadar bahwa keluargamu pasti sangat
mencemaskanmu, mereka ingin kamu kembali. Dan apa yang terjadi antara kita
hanya menjadi sebuah mimpi bagimu”
“Jadi semua ini hanya…”
“Sstttt… Jangan pernah katakan hal itu.
Maaf jika aku harus pergi lagi, tapi aku akan selalu berusaha ada di dekatmu!
karena aku sayang kamu… Semoga kita bisa bersatu suatu saat nanti. Jangan
pernah lupakan aku lagi”
“Jangan pergi… Vishal… Vishal..!!!”
Dan benar apa yang di katakan Vishal, ia
hanya mimpi bagiku. Pagi itu aku terbangun dari tidurku, tapi aku bangun bukan
dari bangku teras rumahku. Aku masih berada di kamar madam Sabina. Aku masih
tak percaya jika aku masih ada di dunia yang aneh ini. Aku ingin pulang. Aku
percaya bahwa Vishal hanya mimpi. Tapi Madam Sabina, pertemuanku dengannya
terasa nyata. Desa ini pun sama seperti desaku walau penduduknya berbeda dan
banyak kejadian aneh dalam hidupku.
Aku bangun dari tempat tidurku. Aku
mencoba ke luar rumah dan betapa terkejutnya aku melihat rumahku ada di
seberang jalan dan aku sekarang sedang ada di rumah Nenek Sarmi, Tapi nenek
Sarmi adalah wanita yang misterius, dia sering menghilang sampai
berbulan-bulan. Dalam kebigunganku tiba-tiba ada yang menepuk bahuku dari
belakang, aku benar-benar kaget saat aku melihat ibuku sedang ada di sampingku.
“Ibu! Bagaimana ibu bisa sampai di
sini?”
“Bagaimana? Harusnya ibu tanya bagaimana
kamu bisa ketiduran di depan rumah? Untung ada tetangga baru kita yang ngelihat
dan nolong kamu”
“Maksud Ibu apa?”
Sebelum sempat Ibu menjawab pertanyaanku
aku terlonjak kaget melihat Madam Sabina dan Vishal yang tiba-tiba ada di
sampingku. Aku bingung, seketika tubuhku lunglai dan aku pingsan. Entah apa
yang terjadi saat aku pingsan, tapi saat aku terbangun aku sudah ada di
kamarku. Aku bangkit dan berjalan menuju jendela kamarku. Di sana aku bisa
melihat dengan jelas rumah nenek Sarmi. Aku masih tak percaya dengan sederet
kejadian yang beberapa saat tadi terjadi. Entah berapa jam waktu terjadinya
sederet peristiwa itu. Aku berjalan gontai menuju depan rumah untuk mencari
ibuku. Tapi langkahku seketika terhenti saat aku melihat sosok itu lagi, ia
adalah Madam Sabina dan Vishal. Mereka sedang duduk bersama ibuku di ruang
tamu.
“Kamu sudah bangun Put?”
“Iya Bu, Tapi mereka…”
“Oh iya, kenalkan ini Tante Sabina dan
anaknya Vishal, mereka baru pindah dari… hmmm… mereka tetangga baru kita Put”
Apa? dari mana mereka? kenapa ibu tak
menyebutkan asal mereka. Tapi apakah ini semua nyata. Aku mencoba memandang
mereka berdua, dan tampak mereka tersenyum ke arahku. Begitu pula Vishal yang
seakan memberiku isyarat bahwa ia memang Vishalku selama ini. Dia Vishal?!!!
Dia nyata?!!! Heii Dia benar-benar nyata…!!!
“Vishal?!!!”
“Iya, ini aku!!”
“Bagaimana kamu bisa…”
“Tentu aku bisa, karena nenekku juga
bisa melakukannya”
“Jadi…”
“Aku akan selalu bersamamu, seperti
janjiku dulu. Lupakan Kahaaniku, karena kini aku ada dalam Kahaanimu”
Cerpen yang berjudul "Kahaani" ini merupakan sebuah karangan dari seorang penulis bernama Putri Wahyuni. Kamu dapat mengikuti facebook penulis di Putri Wahyuni.
Posting Komentar untuk "Cerpen Cinta - Kahaani | Putri Wahyuni"