Cerpen Cinta - Ice Cream Love | Bigza Aziza
Kakakiky - Kopi ini hanya terlihat kabut tipisnya dan menebarkan aroma khas. Belum berhenti mencari inspirasi untuk apa yang sekarang harus ku tulis setelah aku kehilangannya. Waktu seakan berhenti ketika aku melihat gundukan tanah merah yang dikelilingi manusia-manusia meratapi tahah tersebut dengan air matanya. Di batu nisan tersebut tertuliskan persis apa yang tertulis di undangan yang akan kusebar minggu depan, nama mempelai wanitanya dan binti siapa dia.
Aku hanya lelaki biasa, rasanya sudah capek mengeluarkan air mata ketika kulihat jasadnya sudah tertutup kain putih. Sekarang ia sudah tak terlihat, aku sertakan memori kesakitan ikut terkubur bersamanya dan masih kubawa memori indah yang akan terus hidup menemaniku.
Sempat terfikir untuk menuliskan jalan sedih hidupku, tetapi aku tak mau membuka liang lahatnya dan mengambil sepenggal kisah sedih kita, mana mungkin aku hanya menuliskan cerita indah saja di buku baruku, apa yang dipelajari para pembaca bukuku jika tak aku ikut sertakan memori kesakitan cinta? apa aku harus berbohong? Bahwa cinta itu indah? Setelah apa yang selama ini aku rasakan?
Kopi ini hanya terlihat kabut tipisnya dan menebarkan aroma khas. Belum berhenti mencari inspirasi untuk apa yang sekarang harus ku tulis setelah aku kehilangannya. Waktu seakan berhenti ketika aku melihat gundukan tanah merah yang dikelilingi manusia-manusia meratapi tahah tersebut dengan air matanya. Di batu nisan tersebut tertuliskan persis apa yang tertulis di undangan yang akan kusebar minggu depan, nama mempelai wanitanya dan binti siapa dia.
Aku hanya lelaki biasa, rasanya sudah capek mengeluarkan air mata ketika kulihat jasadnya sudah tertutup kain putih. Sekarang ia sudah tak terlihat, aku sertakan memori kesakitan ikut terkubur bersamanya dan masih kubawa memori indah yang akan terus hidup menemaniku.
Sempat terfikir untuk menuliskan jalan sedih hidupku, tetapi aku tak mau membuka liang lahatnya dan mengambil sepenggal kisah sedih kita, mana mungkin aku hanya menuliskan cerita indah saja di buku baruku, apa yang dipelajari para pembaca bukuku jika tak aku ikut sertakan memori kesakitan cinta? apa aku harus berbohong? Bahwa cinta itu indah? Setelah apa yang selama ini aku rasakan?
Aku bingung, ia menepuk pundakku dan mulutnya seperti mengucapkan kata pelan-pelan, oh, aku faham sekarang
“katakan padanya kalau aku minta maaf,
aku harus berbuat apa!” aku berbicara pelan dan memperjelas konsonan kata
dengan cara lebih melebarkan mulutku ketika mengucapkan kata-kata. Ia
mengangguk faham, perempuan itu kembali berjongkok mengatakan apa yang aku
suruh katakan tadi kepada anak kecil itu dengan bahasa mereka. Tetapi anak
kecil itu malah menangis
“ahh, malah nangis… Gimana nih”
Perempuan itu mengangkat pundaknya
menandakan dia juga bingung, aku melihat sekeliling. Ah ada mini market. Aku
meraih tangan anak kecil dan perempuan itu.
Sesampainya di dalam mini market Aku
berbalik memandang perempuan itu
“nah, kamu bisa makan eskrim
sebanyak-banyaknya”
Perempuan itu tersenyum lebar, mereka
berbicara lagi dengan bahasa mereka. Anak kecil itu langsung berlari
menghampiri eskrimnya dan memilih dengan ekspresi yang luar biasa gembira. Aku
tersenyum melihatnya
Aku menoleh kembali ke arah perempuan
itu
“kamu juga bisa makan eskrim
sebayaaak-banyaknya” tanganku kurentangkan mencoba memberi isyarat ‘banyak’, ia
juga tersenyum gembira dan ikut serta memilih sesuatu bersama anak kecil tadi.
Aku menghampiri mereka, tiba-tiba terbesit ide gila
“mbak, bisa bantu sebentar!” aku
memanggil pelayan mini market
“ada kotak perkakas yang agak besar
nggak di sini?”
“oh ada mas, sebentar saya ambilkan” ia
meninggalkanku
Aku menghampiri mereka dengan kotak
perkakas besar di tanganku, aku menarik lengan perempuan itu
“nah! Ayo kita beli eskrim yang banyak”
Aku mencakup banyak sekali eskrim dan anak kecil itu tersenyum gembira sambil loncat-loncat, tetapi perempuan itu melongo kaget. Setelah memenuhi kotak ini, aku melihat perempuan itu akan menulis sesuatu lagi di memo kecilnya tetapi aku menarik tangannya dan menggiringnya ke kasir
“kamu suka coklat atau rasa buah” aku menawarkan kedua eskrim yang berada di tanganku untuk perempuan itu, ia meraih yang eskrim rasa buah langsung membukanya dan melahapnya kemudian ia menulis sesuatu di memonya
SEGAAAR
Aku tertawa melihat ekpresinya. Aku
mengajak keduanya ke penjual kaki lima tempat orang tua anak kecil itu
berdagang
“yaaa… eskrim gratis untuk pelanggan
siang iniii” aku membagikan eskrim itu ke pelanggan warung bakso milik orang
tua anak kecil itu. Terlihat anak kecil itu menjelaskan apa yang terjadi. Masih
tersisa lumayan banyak eskrimnya, aku punya ide untuk menggunakan ini sebagai
promosi, aku keluar tenda
“AYO… BELI BAKSO GRATIS ESKRIIIM” aku
berteriak, tiba-tiba banyak sekali yang datang, aku sampai kewalahan
membagikannya, aku melambaikan tangan ke arah perempuan itu memberi isyarat
untuk membantuku. Ia berlari dan ikut membagikan eskrim gratis ini.
Setelah semuanya selesai, aku
menghampiri orang tua anak kecil tadi
“pak, buk, maaf ya… Sudah bikin gaduh
warungnya… hehehe, tadi aku nggak sengaja jatuhin eskrimnya anak ibuk, ia nggak
berani pulang karena katanya ia mengambil uang ibuk untuk membeli eskrim, nggak
papa ya buk kan masih anak kecil, di maafkan ya?”
“oh, nggak papa mas!! Kami malah yang
harusnya minta maaf ngrepotin, sekaligus terimakasih, berkat aden warung ibuk
rame!!” ibu itu menyambut bengan gembira dan bapaknya tersenyum cerah sekali
sambil meracik pesanan bakso
Aku berjalan meninggalkan warung bakso
bersama perempuan itu, waktu semakin sore udaranya pun semakin segar ketikka
kita berjalan bersama sambil menikmati eskrim. Aku menepuk pundak perempuan itu
“terimakasih” ucapku, ia tertunduk senyum dan kembali meneruskan langkahnya. Kusimpulkan ia menjawab sama-sama, aku ikut tersenyum, aku melihatnya kembali, sepertinya ia terlihat tambah cantik ketika ia tersenyum. Sekarang aku tertawa terbahak melihat kebodohanku, toh ia tidak tahu kalau aku tertawa terbahak. Hahahaha
Aku berhenti dan meraih memo kecil yang
dikalungkan di lehernya aku menuliskan nama dan no HPku, aku menatapnya. dan
sekarang baru aku sadar kalau matanya lebih menakjubkan dari pada senyumnya
“ini namaku bisa panggil Aden”
Ia menuliskan sesuatu lagi di memonya,
kali ini cukup lama ia menulis. Ia menyobek kertasnya dan memberikannya padaku,
mungkin itu juga nama dan nomer HPnya.
“terimakasih”
Aku kaget mendengar suaranya. Ia berlari
meninggalkanku. Aku hanya terdiam mendengar suaranya setelah beberapa jam
kulewati tetapi hanya bisa berkomunikasi melalui kertas kecil ini. aku membaca
isi memo tersebut
Aku tak bicara bukan berarti aku bisu
aku hanya tuli
aku tak bicara karena sakit rasanya
merasakan
suaraku tak terdengar,
nanti kalau kita bertemu lagi,
kutunjukkan
bagaimana indahnya dunia tanpa harus
kita dengarkan
suaranya,
dunia indah terlihat jika kita
benar-benar merasakannya,
seperti yang kita lalui tadi
Hani
Tiba-tiba waktu yang kuanggap berhenti
ketika tunanganku meninggal, sekarang mulai berputar.
Satu detik… Dua detik… tiga detik… empat
detik…
Cerpen yang berjudul "Ice Cream Love" ini merupakan sebuah karangan dari seorang penulis bernama Bigza Aziza. Kamu dapat mengikuti facebook penulis di Bigza Lakon Ndonyo.
Posting Komentar untuk "Cerpen Cinta - Ice Cream Love | Bigza Aziza"