Cerpen Cinta - Let’s Break Up | Apri Dwi Jayanti
Let's Break Up - Apri Dwi Jayanti
Gadis itu terus menundukkan kepalanya dan berulang kali meremas tangannya yang ia tautkan. Gadis itu menghembuskan nafas beratnya lalu mendongakkan kepalanya dan memandang pria yang kini sedang asyik memotret dengan camera DSLR miliknya di taman kampus mereka itu. Gadis itu, Zahira merasakan dadanya teramat sesak dan merasakan tenggorokannya terasa tersendat karena kata-kata yang sejak semalam sudah ia rangkai kini sangat sulit untuk ia ungkapkan.
Zahira merasakan matanya memanas saat
melihat pria yang sudah satu tahun terakhir ini menyandang status sebagai
kekasihnya itu tersenyum saat mlihat hasil fotonya dengan puas. Zahira
merasakan matanya yang mulai berkaca-kaca saat mengingat jika hari ini ia tidak
akan melihat senyum itu, senyum yang selama satu tahun terakhir ini menjadi
senyuman favoritnya dan senyuman penyemangatnya.
Zahira mengalihkan pandangannya dan
tangannya terulur untuk menghapus air mata yang berhasil lolos keluar dari
pelupuk matanya. Gadis itu memejamkan matanya sejenak berusaha untuk menguatkan
dan meyakinkan hatinya kalau ia benar-benar harus mengungkapkan kata-kata yang
sudah ia susun itu kepada pria yang hari ini terlihat tampan dihapannya itu.
“Reno…”
“Ra…coba lihat deh, yang ini bagus ya?”
Ucap reno yang membuat Zahira seketika langsung terdiam. Ia menatap intens pria
itu lalu ia segera menaglihkan pandangannya ke camera yang dipegang oleh Reno
dan melihat hasil foto yang ditunjukkan oleh Reno.
“Hmmm… iya bagus” Ucap Zahira lirih.
Reno tersenyum lalu kembali mengarahkan cameranya ke objek lain yang ingin ia
foto.
Zahira terdiam dan lagi-lagi hembusan
nafas ia keluarkan. Ia ingin sekali mengeluarkan kata-kata yang ingin ia
ungkapkan tapi entah kenapa ia merasa mulutnya terkunci rapat dan ia merasakan
hatinya sakit dan dadanya sesak saat ia ingin mengeluarkan kata-katanya itu.
“Reno…” Panggil Zahira lagi tapi Reno
hanya berdehem dan sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari objek yang
ingin ia foto itu.
“Reno.. aku ingin bicara… sebentar” Ucap
Zahira lirih namun ia yakin masih bisa didenagr oleh Reno karena suasana taman
kampus yang tidak terlalu ramai sore itu.
“Tentang…? bicara saja” Ucap reno yang
masih focus dengan cameranya.
“Bisakah kamu menatapku sebentar saja…”
Ucap Zahira yang mulai nampak kesal dengan sikap Reno itu. Ia lelah… ia sudah
lelah karena selalu diperlakukan seperti itu oleh Reno. Selalu menjadi nomor
dua diatas segalanya. Selalu menjadi urusan yang terbelakangkan jika sudah berurusan
dengan camera dan teman-temannya. Dan mungkin saat ini adalah puncak dari rasa
sabarnya.
Mengakhiri… ya mengakhiri semuanya tapi
entah kenapa gadis itu merasa berat untuk melakukan itu semua. Ingin terlepas
dari Reno tapi ia tidak ingin kehilangan Reno. Aneh bukan? tapi sepertinya kali
ini Zahira lebih mementingkan egonya daripada hatinya. Walaupun ia tahu
nantinya ia akan terluka tapi itu tidak masalah karena ia yakin luka dan rasa
sedih itu lambat laun akan hilang dengan sendirinya daripada ia harus tetap
bertahan dengan rasa sakit yang ia terima.
“Reno…” Ucap Zahira lirih.
“Ra… sebentar lagi oke?” Ucap Reno yang
masih sibuk dengan cameranya itu.
Zahira mengepalkan tangan kirinya dengan
kuat. Harus sekarang, pikirnya. Gadis itu menatap Reno dengan pandangan nanar
dan sedikit kabur karena matanya mulai berkaca-kaca kembali.
“Lets break up…” Ucap Zahira lirih tapi
masih bisa didengar oleh Reno. Masih bisa didengar karena pria itu langsung
menghentikan aktivitasnya untuk memotret objek yang ingin ia foto. Pria itu
terdiam dan perlahan tangannya ia turunkan lalu memandang gadis disampingnya
yang kini sedang menundukkan kepalanya.
“Ap… maksudnya?” Ucap Reno menatap
intens Zahira yang membuat Zahira kini mendongakkan kepalanya dan memandang
Reno.
“Kita putus…” Ucap Zahira dan berusaha
keras untuk menahan air matanya agar tidak keluar dihadapan pria itu.
Reno terdiam, ia merasakan lututnya
lemas dan merasakan hatinya mencelos saat kata-kata yang diucapkan gadis
dihadapannya itu kembali terdengar ditelinganya. Reno memandang Zahira dan
berusaha mencari sebuah kebohongan dari pancaran mata Zahira tapi ia harus
menelan rasa pahit saat ia sama sekali tidak menemukan kebohongan itu tapi
justru sebuah keyakinan yang gadis itu pancarkan.
“Hehh…tidak perlu mengerjaiku seperti
itu Ra…” Ucap Reno tertawa kecil dan mengulurkan tangannya untuk mengusap
rambut Zahira namun tangannya terhenti diudara saat melihat Zahira menepis
pelan tangannya. Walaupun sangat pelan tapi ia merasakan dadanya amat sesak dan
merasakan hatinya sangat sakit.
“Aku tidak sedang mengerjaimu, aku
serius” Ucap Zahira lirih tanpa memandang Reno. Gadis itu menunduk dan ia masih
berusaha untuk menahan cairan bening agar tidak membasahi pipinya.
“Kenapa..?” Tanya Reno lirih yang
membuat Zahira akhirnya meneteskan air matanya saat mendengar suara pria
dihadapannya itu tercekat dan tersirat rasa sedih disana. Sedih? bukankah
selama ini Reno menganggap Zahira tidak penting untuknya lalu kenapa ia
bersedih? Zahira segera menepis segala pemikiran itu karena ia takut keputusan
yang ia ambil akan goyah karena pemikiran yang terlintas diotaknya itu.
“Aku.. aku rasa kita memang harus
mengakhiri. Bukankah memang tidak pernah ada cinta diantara kita? Kita menjalin
hubungan ini dari sebuah kesepakatan jadi aku yakin kamu tidak mencintaiku dan
aku… aku rasa juga tidak mencintaimu” Ucap Zahira. Bohong… satu kata itu yang
terlintas dipikiran Zahira, bagaimana bisa ia berkata seperti itu jika
sebenarnya ia sudah benar-benar cinta dengan Reno dan bahkan sekarang ia merasakan
sakit saat ia harus mengucapkan kata-kata berpisah kepada pria itu.
Reno terdiam, lidahnya serasa kaku untuk
membalas setiap perkataan yang di ucapklan oleh Zahira. Ingin menolak itu semua
tapi mulutnya terasa terkunci rapat dan ia juga merasakan tenggorokannya
tercekat sehingga membuatnya sulit untuk mengucapkan sepatah katapun.
“Thanks untuk satu tahun ini dan semoga
kamu bisa mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik lagi dan seseorang yang
kamu cintai dan juga mencintai kamu” Ucap Zahira dan seiringan dengan itu air
matanya mengalir kembali. Zahira memandang Reno yang masih terdiam, gadis itu
mengusap air matanya lalu berdiri.
“Kalau aku tidak mau..?” Ucap Reno lirih
yang membuat Zahira terdiam dan mengurungkan niatnya untuk pergi dari tempat
itu.
“Aku tidak mau, jadi kamu tidak bisa
memutuskannya secara sepihak seperti itu” Ucap Reno lalu ia memasukkan
cameranya kedalam tasnya dan beranjak untuk pergi.
“Aku tidak perduli…” Ucap Zahira yang
membuat Reno menghentikan langkahnya. “Aku tetap pada keputusanku jadi itu
terserah dirimu… aku tetap ingin mengakhiri hubungan ini” Ucap Zahira lalu
melangkahkan kakiknya.
“Sebegitu inginkah kamu putus dariku
ZAHIRA” Ucap Reno dengan suara yang keras dan membuat Zahira terdiam. Gadis itu
menggenggam ujung tasnya dengan erat. Air mata gadis itu sudah mengalir kembali
membasahi wajahnya.
“Ya…” Ucap Zahira lirih. Reno terdiam, pria itu merasa lututnya lemas seketika karena ucapan Zahira yang benar-benar ingin putus darinya. Pria itu menundukkan kepalanya, berusaha untuk mengurangi rasa sesak dan sakit di dadanya. Jika gadis itu sudah yakin untuk mengakhirinya haruskah ia menahan gadis itu untuk tetap bersamanya? egoiskah ia jika harus menyuruh Zahira untuk tidak mengakhiri hubungan mereka?. Semua hal itu kini terlintas dalam pikiran Reno. Ingin rasanya ia memaksa gadis itu untuk tetap bertahan tapi melihat gadis itu yang tersiksa berada disampingnya membuatnya mersakan sakit dihatinya. Reno memutar kemabali ingatannya tentang hubungannya dengan Zahira.
Ya, pria itu memang salah karena selama ini selalu menomor duakan gadisnya itu. Tapi didalam hati pria itu sungguh ia sangat mencintai gadis itu, walaupun mereka menjalin hubungan itu berawal dari sebuah kesepakatan. Berawal dari sebuah permainan konyol yang dilakukan oleh teman-teman mereka tapi Reno tak memungkiri selama ia berhubungan dengan Zahira, selama ia menjalin kasih dengan gadis itu membuatnya memiliki perasaan dengan gadis itu.
Senyuman gadis itu, mata indah gadis itu, dan perhatian gadis itu
membuatnya merasakan getaran-getaran aneh di hatinya saat ia berada disamping
Zahira. Tapi jika gadis itu ternayata tersiksa berada disampingnya, haruskah ia
egois tetap meminta gadis itu untuk bertahan?. Reno meneteskan air matanya dan
perlahan ia menyunggingkan senyum kecilnya lalu mendongakkan kepalanya dan
memandang punggung gadis itu yang masih terlihat dimatanya.
“Jika ini memang keputusan yang tepat,
baiklah” Ucap Reno yang membuat Zahira mendongakkan kepalanya. Gadis itu masih
tetap menunggungi Reno dan tak berniat untuk berbalik badan karena ia takut ia
akan goyah dengan keputusannya.
“Terimakasih untuk satu tahun ini, maaf
jika selama kamu bersamaku aku tidak pernah memberikan kebahagiaan untukmu.
Satu hal yang harus kamu tahu, kita memang memulai hubungan ini dalam sebuah
kesepakatan tapi sungguh aku mencintai kamu Ra… jika memang kamu sudah tidak
bisa untuk tetap berada disampingku… baiklah semoga kamu bisa mendapatkan pria
yang jauh lebih baik dariku dan…” Reno menghentikan ucapannya dan air mata
berhasil lolos dari matanya.
“Ak..aku mencintai kamu, Ra” Ucap Reno
lalu berbalik badan dan melangkahkan kakiknya pergi dari taman itu. Zahira
menundukkan kepalanya kembali dan seiring dengan kepergian Reno, ia menangis
dalam diam. Bahunya bergetar dan ia menutup mulutnya agar isakan tangisnya
tidak terdengar. Gadis itu terluka, ya terluka dengan keputusan yang
diambilnya.
Walaupun ia merasakan sakit karena tetap
bersama pria itu tapi pergi dari pria itu ternyata membuatnya merasakan
kesakitan itu lebih dari yang ia bayangkan. Ia memang mencintai pria itu, tapi
jika bersamanya membuatnya terluka haruskah ia tetap bertahan? bukankah cinta
itu tak selamanya harus saling memiliki dan harus saling bersama?.
Cerpen yang berjudul "Let's Break Up" merupakan sebuah cerpen cinta sedih karangan dari seorang penulis yang bernama Apri Dwi Jayanti.
Posting Komentar untuk "Cerpen Cinta - Let’s Break Up | Apri Dwi Jayanti"