Cerpen Kehidupan - Akhir Mimpi | Triyana Aidayanthi
Akhir Mimpi - Triyana Aidayanthi
Malam minggu yang kelabu. Mengapa?
1.
Karena aku masih sendiri
2. Karena belum kutemukan pangeranku
Mia,
teman sekelasku mengundangku ke acara prom nightnya. Di bagian akhir kartu
undangannya, terpampang nyata,
Harus
datang dengan pasangan!
Kupikir
undangan ini salah alamat. Jelas dia tau aku telah menjomblo sejak kami saling
mengenal saat SMP. Mia, dengan mudah mendapat cowok yang ia inginkan. Hanya
dengan PDKT kilat andalannya, cowok incarannya sudah bertekuk lutut di
hadapannya. Namun beberapa hari belakangan ini, ia selalu menceritakan tentang
pacarnya, Zian, kepadaku, aku rasa mereka ada masalah. Benar saja, beberapa
hari kemudian, kudengar mereka putus. Pertanyaannya, mengapa Mia menggelar prom
night party, kalau ia sendiri single?
Malam
minggu yang lebih sepi dari biasanya. Kurebahkan kepalaku pada bantal sambil
membaca novel yang tadi pagi kubeli di pasar loak. Sampul usang, tidak terlalu
tebal. Novel yang kurang terkenal, nama penulisnya saja asing bagiku. Kubuka
halaman tengahnya.
Suara
jangkrik malam itu membuat Sandra terlelap.
“Nama
kamu siapa?”
“Sandra..”
“Kamu?”
“Ikut
aku dulu, yuk…” dia membawaku pada sebuah bukit yang sangat indah. Begitu
membuatku terpukau-pukau. Kini perhatianku tertuju pada sebuah pohon bunga
sakura yang ada di dekat jurang. Lalu tiba-tiba bunga sakura itu berguguran
diikuti terpaan angin ke arahku. Saat konsentrasiku tertuju pada bunga itu, aku
mendengar teriakan seseorang dari arah jurang. Saat aku sampai di sana…
“Hei…
mengapa kau bergelantungan di sana?” teriakku dari atas.
Ia
menggeleng, “Cepat ulurkan tanganmu, tolong aku!!” teriaknya. Segera kuulurkan
tanganku. Kini tangan kami saling bergenggaman. Namun aku merasa ia seperti
menarikku ke jurang. Anehnya aku tak mencoba menarik tanganku. Tubuhku jatuh ke
dalam jurang curam itu. Sendiri, orang yang coba kutolong tadi menghilang.
“Aduhh…!!”
Kurasakan tubuhku menyentuh tanah yang lembab. Udaranya begitu dingin. Saat
kubuka mataku..
“Kamar?”
Aku
jatuh dari tempat tidur. “Ternyata hanya mimpi..” huft.
Aku
sedang memutar lagu NOAH – Tak Lagi Sama, saat seseorang menghampiriku di
taman. Ia tak langsung duduk, namun mengamati keseluruhan tempat itu. Buat apa?
Seperti maling saja. Sekarang ia memperhatikan pohon cemara yang berjejer 7
itu. Mungkin ia terpukau melihat anak-anak TK piawai bermain sepakbola, atau
terkesima melihat sepasang anak muda yang sedang asik melakukan suffle dance?
Entahlah. Aku lebih tertarik mengetahui akhir dari novel yang tengah kubaca
ini.
Ia
tak jadi duduk, malah pergi begitu saja. Lalu untuk apa barusan aku cepat-cepat
membereskan novel yang berserakan di bangku panjang ini?
Taman
ini tak asing lagi bagi orang sekitar, lebih-lebih orang asing sepertiku. Aku
yang baru pindah ke kompleks ini 3 bulan lalu. Dari bangku pertama ada sepasang
anak muda yang sepertinya usai bertengkar. Di bangku kedua ada 3 orang dengan 1
diantara mereka adalah orang India, lainnya berasal dari Eropa. Lalu di bangku
ketiga, duduk lima anak SD yang asik dengan gadgetnya masing-masing. Bangku
keempat tadinya diduduki seorang anak SMP yang sedang menunggu sesuatu. Mungkin
pacarnya, mungkin temannya, orangtuanya, atau lainnya? Entahlah. Kufokuskan
lagi halaman 95 dari novel yang kubaca.
Membaca
dalam hati ternyata juga melelahkan. Kerongkongan kering kerontang. Aku perlu
sesuatu yang segar. Namun tak satupun pendagang asongan di area taman ini.
Karena menurut berita, polisi yang sering merazia mereka sering sekali menyamar
di taman ini. Jelas mereka takut. Kalau mereka nekad menjajakan dagangan di
area taman ini, selain dagangan mereka disita, mereka juga akan masuk bui.
Seperti itu yang aku dengar dari warga sekitar saat subuh tadi aku membeli
sayur di depan kompleks. Berlebihan, bukan?
Kulewati
kerumunan orang di tengah jalan tempat kecelakaan maut barusan. Jalan itu
dipenuhi garis polisi. Kudengar salah seorang korban tewas di tempat, dan
korban lainnya dilarikan ke rumah sakit terdekat karena mengalami luka serius.
Kulihat beberapa orang sibuk membersihkan pecahan kaca yang berserakan di area
TKP. Warga lainnya bergotong-royong menyingkirkan mobil dari area TKP.
“Tyas…..!!!!!”
Kudengar seseorang berteriak memanggil sebuah nama saat ia mendekati polisi dan
disodori sebuah dompet. Mungkin ia terkejut atau tidak mengira sebelumnnya.
Mungkin korban kecelakaan itu saudaranya, temannya, kekasihnya, atau lainnnya.
Kuguyur
tubuhku dengan air dingin yang dinginnya begitu menusuk sampai ke tulangku. Aku
masih terpikir soal kecelakaan tadi. Nama Tyas, rasanya tak asing bagiku. Tapi
siapa dia? Mobil Jazz itu pula.
Aku
keluar dari kamar mandi dengan badan menggigil. Kulihat pintu kamarku baru saja
ditutup. Dan dimeja sudah ada coklat panas yang menanti. Mungkin mama sudah
pulang dari tugasnya di luar kota. Kulihat dari jendela kamarku, di bawah telah
terparkir rapi Honda Swift hitam milik papa.
Papa
dan mama sedang asik menonton acara televisi kesukaan mereka. Sesibuk apapun
mereka selalu mengusahakan agar tidak ketinggalan 1 episode saja. Aku
mengendap-ngendap bermaksud untuk mengejutkan mereka.
“Sandra
Dwijaya… putri papa yang paling usil.” Sapanya. Gagallah rencanaku.
“Iya,
papa. Oleh-olehnya?”
Papa
mengeluarkan sebuah buku yang sampulnya sangat familiar bagiku. Setelah
kuperhatikan, aku berteriak kegirangan.
“Papa
sengaja mampir ke toko buku langganan. Dan papa yakin, buku kamu sudah terbit.
Benar saja. Malahan terpampang jelas di rak terdepan, bersanding dengan..”
Jelasnya bangga.
“Buku-buku
kakak, kan, Pa?” ia mengangguk.
“Jadi
best seller juga, sayang.” Tambah mama.
Kuikuti
jejak kakakku menjadi penulis saat novel pertama kakakku terbit. Ia tak
tanggung-tanggung mengajariku menulis. Saat ia kuliah jauh dari keluarga, aku
mengaplikasikan segala ilmu yang ia berikan di atas kertas kosong. Itu tak
sia-sia. Aku berhasil menarik perhatian penerbit besar dan berkelas untuk
menerbitkan bukuku.
Kukirim
pesan singkat untuknya saat kepala sekolah mengumumkan hari libur untuk esok.
Kakak, jemput aku di tempat biasa, ya. Penting. Love and miss.
Tyas
Susanti (23), seorang penulis muda berbakat, menutup karirnya dengan meninggal
dalam kecelakaan maut kemarin Kamis (10/01/13) di Jl.Sulawesi. Kecelakaan tak
terelakkan saat Honda Jazz merah maroon dengan nomer polisi DK2303TS melaju
kencang dari arah selatan, kehilangan kendali lalu menabrak sebuah truk yang
sedang parkir di tepi jalan. Mobil Jazz tersebut sempat terguling dua kali
sebelum mengalami ledakan kecil di tengah jalan. Sandra (18), korban lain yang
berada dalam mobil Tyas, dilarikan ke rumah sakit terdekat karena mengalami
luka serius, dan dikabarkan mengalami koma.
Cerpen yang berjudul "Akhir Mimpi" merupakan sebuah cerita pendek kehidupan karangan dari seorang penulis yang bernama Triyana Aidayanthi. Kamu dapat mengikuti twitter penulis di akun @_triyanaa.
Posting Komentar untuk "Cerpen Kehidupan - Akhir Mimpi | Triyana Aidayanthi"