Cerpen Cinta - Cintaku Tak Semanis Gudeg Jogja | Putri Sayyidah R.A
“Hy fir, lagi sibuk nggak?” aku segera mengalihkan pandangan ku kearah sumber suara yang tepat berada di samping ku. Dan aku melihat sesosok tubuh tegap dengan wajah nya yang rupawan telah duduk di samping ku.
“emmm… nggak kok, emang nya kenapa ar?”
Tanya ku kepada arya.
“emang nya anak rohis mau ngadain
Tafakur Alam ya?” Tanya arya dan sejenak aku menatap bola matanya yang hitam
pekat, hidung nya yang mancung, alis mata nya yang tebal dan wajah nya yang…”
“fir, fira! kok bengong sih?” ucapan
arya membuyarkan lamunan ku. Dan aku tersadar dengan raut wajah yang merah
karena malu. Hadduh… bodoh sekali aku ini!”
“ehh.. maaf ar. Oia tadi nanya apa ya?”
“emang nya anak rohis mau ngadain
tafakur alam?”
“oh itu, iya ar. Rencana nya kita mau
ngadain acara tafakur alam setelah semester nanti. Emang nya kenapa?”
“acaranya tanggal berapa? kalau bisa sih
jangan sampai bentrok sama turnamen basket.”
“lho emang nya kenapa kalau bentrok?”
“aduuuh… udah gede tetap aja polos. Hehehehe.”
Goda arya yang membuat ku senyum-senyum sendiri.
“iihh… arya, aku kan emang nggak ngerti
dan nggak paham maksud kamu. Lagian apa hubungan nya antara tafakur alam sama
turnamen basket?” aku semakin bingung di buatnya.
“gini lho fir, nanti kalau acara tafakur
alam nya bentrok sama turnamen basket, bisa-bisa sekolah kita nggak ada
supporter nya dong. Ngerti?” ucap arya dengan senyum manis yang disertai dengan
lesung pipi nya yang terselip diantara wajahnya yang tampan.
“hehehe gitu ya. iya iya aku ngerti kok.
Nanti aku kabarin lagi deh sama kamu, soalnya aku sama anak-anak rohis juga
belum menentukan tanggal nya. Emang turnamen basket nya tanggal berapa?”
“tanggal 17 fir. Kalau bisa jangan
sampai bentrok ya. aku ke kantin dulu ya. bye.” Lalu arya beranjak meninggalkan
ku.
Well… kejadian kemarin siang itu ngebuat
aku jadi senyum-senyum sendiri. Masih terbayang dengan jelas betapa tampan dan
manis nya wajah arya. Aku cukup dekat dengan arya, kita sudah berteman sejak
kita masuk di sekolah yang sama. Sudah tiga tahun ini aku menjadi pengaggum
rahasia nya. Oh.. tuhan entah sampai kapan aku harus memendam perasaan ini.
Perasaan yang sukses membuat hati ku tertutup untuk orang lain kecuali arya.
“asalamualaikum ukhti.” Wulan datang
menghampiri ku saat aku sedang sibuk membuat susunan acara tafakur alam di
ruang rohis.
“wa.alaikum salam. Wulan, kamu itu bikin
kaget aja deh.” Ucap ku tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop ku.
“lagian kamu serius banget. Oia, ini
anggaran dana untuk tafakur alam udah aku buatin. Kamu cek lagi ya. takut ada
yang salah.”
“oke deh. Makasih ya udah mau bantuin
aku.” Aku tersenyum menatap sahabat ku ini.
“afwan ukhti. Aku siap 24 jam untuk
bantuin kamu. Hehehehe.”
“oia, untung saja acara ini nggak
bentrok sama turnamen basket.”
“lho emang nya kenapa?” Tanya wulan
seraya mengambil air minum dari dalam tas nya.
“kalau acara ini bentrok sama turnamen
basket, bisa-bisa team basket sekolah kita nggak ada supporter nya.”
“oh gitu. Ya ya ya aku ngerti. Ahh… tapi
bilang aja supaya kamu bisa dukung arya di turnamen itu. iya kan? hayooo ngaku.
Hehehehe” wulan menggoda ku dengan semangat. Wajah ku merah merona dibuat nya.
“ahh..wulan. aku kan jadi malu. Hemph…
terkadang aku bingung sama perasaan aku ke arya.” Ucap ku seraya mematikan
tombol off pada laptop ku dan memasukan nya ke dalam task u.
“bingung kenapa?”
“kamu tau kan, aku sudah menyimpan
perasaan ini sejak dahulu, tapi aku nggak pernah bisa dan nggak pernah ada
keberanian untuk ungkapin ke arya.” Ucap ku dengan nada sendu
“terus mau sampai kapan kamu menyimpan
perasaan itu?”
“entah lah.” Jawab ku singkat.
Waktu terus berjalan, raja siang seakan
cepat berganti dengan dewi rembulan. Detak jarum seakan cepat berputar, namun
perasaan ku terhadap arya tak kunjung hilang. Hari ini ujian semester telah
berakhir, dan itu artinya tinggal beberapa hari lagi turnamen basket akan
segera di laksanakan. Aku sangat antusias menyambut nya, aku sudah tidak sabar
melihat arya berlaga di lapangan basket.
“fira!.” aku menghentikan langkah ku.
“iyah ar? ada apa?” Tanya ku
“kamu mau kemana? aku mau ke kantin,
soalnya wulan udah nunggu aku disana. Emang nya kenapa? kamu mau ke kantin
juga?”
“emm… mggak kok. Titip salam aja deh
buat wulan.” Arya tersenyum manis dan aku menikmati indah nya senyuman itu.
ahhh… lagi-lagi hati ku bergetar di buatnya.
“oke. Nanti aku sampaikan salam kamu.”
Entah ini yang ke berapa kali nya arya sering menitipkan salam unutk wulan.
Terkadang aku merasa cemburu jika arya mengatakan hal itu. tapi apa boleh buat,
aku tidak memiliki hak untuk melarang apalagi untuk cemburu. Dan aku segera
mengusir pikiran buruk itu dari pikiran ku.
“oia fir, di hijab kamu kaya nya ada
kotoran deh.” Ucap arya
“astagfirullah, masa sih ar? dimana?”
aku reflex membersihakan seluruh hijab ku dengan ke dua tangan ku. Namun
tiba-tiba… ”
“aku bercanda fir. Oia, aku tunggu kamu
di turnamen nanti. Bye.” Tiba-tiba arya mendekatkan wajah nya kearah ku dan
membisikan kata-kata itu tepat di telinga ku. Ya tuhan… sungguh, apakah ini
nyata? aku sedang tidak bermimpi bukan?. Aku hanya bisa terpaku dalam diam,
membayangkan dan mengingat setiap inci gerakan serta ucapan yang baru saja arya
katakan pada ku. Tutur katanya, tatapan nya dan cara nya yang membuat ku salah
tingkah seakan menjadi setetes oase yang mampu menyejukan hati ku.
“Makasih ya kalian udah mau datang.”
Ucap arya saat kita sedang berada di Gor untuk menyaksikan turnamen basket
antar sekolah Se-Yogyakarta.
“afwan ar. Selamat ya atas kemenangan
nya. Sebagai hadiah nya, nanti kalian main ke rumah ku ya. nanti aku masakin
Gudeg special. heheh” Ucap ku seraya menjulurkan tangan ku di susul dengan
wulan yang berjabat tangan dengan arya. Alhamdulilah, untuk yang ke sekian kali
nya team basket sekolah ku menjadi juara dalam turnamen basket antar sekolah
Se-Yogyakarta.
“wahh boleh tuh. Asik nih makan gratis
hehehe. oia, aku mau ngomong sebentar sama wulan. Boleh kan?”
“oh iya. Silahkan. “ dan aku membiarkan
mereka pergi. Aku hanya mematung dan bertanya dalam hati, apa yang sedang
mereka bicarakan.
Satu minggu kemudian acara tafakur alam
pun di selenggarakan. Acara nya berjalan dengan lancar dan sesuai rencana.
Selama kegiatan tafakur alam tidak terjadi hal-hal yang aneh. Hanya saja aku
sering melihat arya mendekati wulan, namun wulan selalu menghindar. Entah apa
yang terjadi diantara mereka berdua. Aku hanya bisa menyimpan Tanya karena aku
tidak ingin banyak bicara. Wajar saja kalau mereka berdua dekat satu sama lain,
toh mereka juga berteman sejak kita masuk di sekolah ini.
Hari berganti hari, bulan berganti
bulan, dan tahun berganti tahun. Sekarang aku sudah semester akhir. Dan
beberapa bulan lagi aku akan melaksanakan Ujian Nasional. Ujian yang akan
menentukan nasib ku selama tiga tahun menuntut ilmu di sekolah ini. Kini
kegiatan rohis sudah aku tinggalkan, aku mulai fokus untuk belajar, sudah
banyak tugas, ujian praktek serta ujian akhir sekolah siap menanti ku sebelum
aku melaksanakan Ujian Nasional.
Aku pun sudah jarang bertemu dengan arya
meskipun kita satu sekolah. Ya.. aku maklumi, hal ini terjadi mungkin karena
kami berbeda kelas. Aku semakin menyibukan diri ku dengan kegiatan pendalaman
materi di tambah lagi dengan bimbel private yang setiap sore rutin aku
laksanakan di rumah bersama guru les ku. Hal ini aku lakukan agar aku bisa lulus
dengan nilai yang baik dan bisa mendapatkan beasiswa untuk melanjutakn kuliah
di Jakarta.
Ya… sekolah ku memang menjalin kerja
sama dengan beberapa universitas ternama di Yogyakarta dan Jakarta. Aku ingin
sekali mendapatkan beasiswa itu, apalagi mendapatkan beasiswa untuk fakultas
Psikologi. Menjadi seorang psikolog adalah mimpi terbesar ku.
“fir, gimana persiapan kamu buat ujian
nasional nanti?” Tanya wulan saat kita sedang berada di kantin.
“alhamdulilah sudah cukup baik. Ya
semoga aja hasil belajar ku selama ini nggak sia-sia.”
“amin.” Lalu wulan tersenyum manis.
“oia, kamu mau lanjut kuliah dimana?”
Tanya ku
“aku sih mau stay aja di Yogya. Mau
kuliah disini dan cari kerja disini. Kamu gimana?”
“emm.. aku sih belum tau, tapi aku lagi
usaha buat dapetin beasiswa di Jakarta. Kamu tau kan kalau aku pengen banget
jadi Psikolog.”
“iyah aku tau fir. Itu kan mimpi besar
kamu. Aku doa kan semoga terwujud.” Lalu aku dan wulan saling menebar senyum.
“hey, lagi pada ngomongin apa sih?”
tiba-tiba arya datang dan mengambil posisi duduk di samping wulan.
“lagi ngebahas tentang rencana kita
setelah lulus.” Jawab ku
“maaf, aku duluan ya. mau ke toilet.”
Ucap wulan seraya pergi meninggalkan aku dan arya. Lagi-lagi wulan menghindar
setiap kali ada arya di dekat nya. Hemph… entah lah, aku nggak mau ambil
pusing.
“wulan kenapa ya? kalau aku perhatiin,
dia menghindar terus setiap ada kamu.’
“emmm… nggak tau deh.”
“oia setelah ini, kamu mau lanjut kuliah
dimana ar?”
“aku sih mau stay di yogya aja.
Soalnya…?”
“soalnya apa?” Tanya ku penasaran
“soalnya someone special aku akan tetap
stay disini.” Bagai disambar petir di siang bolong, aku tercengang mendengar
ucapan arya. Someone special? siapa? apakah wulan? karena wulan akan tetap stay
di yogya. Ahh aku rasa bukan. Mana mungkin wulan. Aku segera menepis pikiran
itu. karena tidak mungkin jika sahabat ku tega mengkhianati ku. Tak sadar aku
meneteskan air mata ku. Aku pergi meninggalkan arya. Aku menangis terisak
dengan sesak!.
Setelah ujian berakhir, aku mendapat
kabar dari bapak kepala sekolah jika aku mendapatkan nilai terbaik dan berhak
untuk mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Jakarta. Tanpa pikir
panjang aku segera menerima tawaran beasiswa itu. aku mulai mempersiapkan diri
ku untuk keberangkatan ku ke Jakarta tiga hari lagi. Aku senang karena aku
berhasil mendapatkan apa yang ku mau. Ini mimpi ku dan aku segera mewujudkan
nya.
“selamat ya fir, semoga mimpi kamu untuk
menjadi seorang psikolog dapat tercapai.” Ucap wulan saat dia mengantar ku ke
airport.
“iya. Maksih ya Lan. Makasih juga karena
selama ini kamu udah jadi sahabat yang baik buat aku. Sering-sering kabari aku
ya.” ucap ku seraya memeluk wulan.
“fir, boleh aku Tanya sama kamu?”
“apa?”
“gimana perasaan kamu sama arya? apa
kamu nggak mau ungkapin ke arya?”
“hemph… kayak nya aku akan mengubur
perasaan ini dalam-dalam. Dan aku akan berusaha melupakan arya. Karena dia
lebih mencintai orang lain.”
“kamu yakin bisa lupain arya?”
“aku yakin Lan, aku pasti bisa. Percaya
deh sama aku.” Aku tersenyum walau sebenarnya hati ku sangat rapuh. Entah siapa
wanita yang arya cintai. Hingga saat ini, perasaan yang terpendam tiga tahun
lalu, harus ku bisa ku buang jauh-jauh dari hati ku.
Aku menjalankan tugas ku sebagai seorang
mahasiswa sebagaimana mestinya. Terkadang aku masih sering mengingat masa-masa
SMA dahulu. Aku sering memikirkan, siapa wanita yang dicintai arya selama ini.
Selama aku tinggal di Jakarta, banyak hal yang sebenarnya ingin aku ceritakan
kepada wulan. Namun aku selalu mengurungkan niat ku karena aku takut mengganggu
kuliah wulan disana. Jadi selama 4 belakangan ini, aku tidak pernah menghubungi
wulan meskipun lewat sms atau telepon. Aku hanya sering melihat beranda nya
dalam dunia maya. Dan aku rasa dia baik-baik saja. Selama 4 tahun pula aku
tidak pernah pulang ke Yogya. Aku rindu Yogya, aku rindu Malioboro, kau rindu
ke dua orang tua ku, aku rindu wulan dan terlebih arya.
Saat ini aku sedang menyelesaikan
skripsi ku. Dan insya allah bulan depan aku akan di wisuda. dan setelah itu aku
akan pulang ke yogya dan akan menemui wulan serta arya.
Hari ini aku bahagia sekali. Karena aku
akan bertemu dengan arya dan wulan. Kami bertiga akan bertemu di salah satu
resto dekat Malioboro. Aku sudah tidak sabar untuk member tahu mereka jika aku
sudah menjadi seorang psikolog. Mimpi ku telah tercapai. Ya… mimpi ku!
“asalamualaikum ukhti..” ucap wulan
seraya menghampiri ku dan memeluk ku. Dan aku duduk bersebrangan dengan wulan
serta arya. Aku, arya, dan wulan membicarakan banyak hal. Terutama Mengenang
masa-masa SMA dahulu. Obrolan kami berjalan dengan baik tanpa ada terjadi hal
aneh. Semua terasa biasa saja. Dan aku bahagia dapat bertemu dengan arya
kembali. Jujur.. selama 4 tahun aku di Jakarta, aku tidak bisa melupkan arya
sedikit pun. Dan hati ku masih di kuasai oleh sosok indah itu.
“fir, ada yang mau aku sampein sama
kamu.” ucap arya
“apa itu ar?”
“ini undangan pernikahan aku. Kamu
datang ya.” Ya allah… apakah ini mimpi? arya menikah? menikah dengan siapa?
seakan-akan hati ku terluluh lantahkan. Tubuh ku kaku. Aku lemas, air mata ku
mulai mengembang namun aku berusaha menahan nya. Dan ku buka perlahan kertas
undangan itu.
“Wulan Ayudia Sari?” ya tuhan… itu
semakin membuat ku terluka. Rasanya aku ingin mati saat ini juga. Wulan,
sahabat yang selama ini aku anggap baik dan sudah seperti saudara ku sendiri,
dia tega mengkhianati ku seperti ini. Untung lah aku masih bisa menahan air
mata ku.
“kamu kenapa fir?” Tanya wulan
“nggak apa-apa kok. A… aku nggak nyangka
aja kalau kalian mau menikah.”
“kamu nggak marah sama aku kan fir? aku
udah certain semua nya ke arya tentang perasaan kamu. Dan kamu juga bilang
kalau kamu akan berusaha untuk ngelupain arya.” Ucap wulan
“jadi selama ini, wanita yang dicintai
arya adalah kamu?”
“iya fir, itu sebabnya kenapa arya
sering banget titip salam ke kamu buat aku waktu kita masih SMA dahulu. Waktu
di turnamen basket, sebenarnya arya nembak aku tapi aku tolak karena aku nggak
enak sama kamu. Dan itu sebabnya pula, kenapa aku selalu menghindar setiap kali
ada arya, karena aku mau jaga perasaan kamu. Dan setelah kamu pergi bahkan kamu
bilang kalau kamu akan ngelupain arya, di situ aku mulai berani untuk mencintai
arya. Kamu nggak marah kan fir?” Jelas wulan panjang lebar. Sungguh ini semua
membuat sangat hampa. Andai wulan tau jika aku tidak pernah bisa untuk
melupakan arya.
“untuk apa aku marah? itu hak kalian.
Selamat ya atas pernikahannya. Aku pasti datang. Maaf aku harus pergi. Aku ada
janji sama ayah dan ibu mau makan malam di rumah.” Lalu aku pergi meninggalkan
mereka. Selama perjalanan aku tak bisa menghentikan air mata ku. Rasanya hidup
ini sudah tidak ada artinya lagi. 4 tahun aku berusaha melupakan arya namun
yang ada hanya rasa cinta yang semakin besar. Namun apa kenyataan yang aku
dapat setelah aku kembali ke yogya? justru pil pahit yang harus aku terima.
“Fira, kamu kenapa? kok sedih? harusnya
kamu senang dong habis ketemu sama arya dan wulan.”
“aku lagi nggak mau bahas mereka bu. “
aku duduk dengan lesu
“yowis kamu makan dulu sana. Ibu udah
masakin Gudeg special buat kamu. Jangan sedih gitu dong, nanti Cantik dan manis
nya hilang lho.” Ucap ibu ku dengan logat jawa nya
“ibu kira aku ini gudeg yang rasanya
manis.’’ucap ku dengan nada manja
“Lho anak ibu ini kan memang manis toh.
Semanis gudeg yogya.”
“iya bu, tapi kisah cinta ku nggak
semanis gudeg yogya.!” aku melemparkan kertas undangan itu ke atas meja dan
meninggalkan ibu ku. Dan aku segera menuju kamar dengan berlinang air mata.
Cerpen Cinta yang berjudul "Cintaku Tak Semanis Gudeg Jogja" ini merupakan sebuah karangan dari seorang penulis bernama Putri Sayyidah R.A. Kamu dapat mengikuti facebook penulis di link berikut: http://www.facebook.com/Poetrii.alghifarri
Posting Komentar untuk "Cerpen Cinta - Cintaku Tak Semanis Gudeg Jogja | Putri Sayyidah R.A"